Sering kali kita berdoa, tapi
merasa belum dikabulkan. Lebih parahnya lagi, jika sampai pada perasaan bahwa
mungkin Allah SWT mengabaikan. Padahal, sebenarnya Allah SWT tergantung
prasangka hamba-Nya. Rasulullah SAW meriwayatkan dalam sebuah hadits Qudsi “
Aku (Allah SWT) tergantung perasangka hamba-KU”. Jika kita yakin Allah akan mengabulkan do’a kita, maka Allah akan
mengabulkan doa kita. Begitupula sebaliknya.
Keyakinan itu harus tetap kita
pertahankan meski berat, banyak halangan dan situasi tidak memungkinkan. Nabi
Ibrahim AS ketika mau dimasukkan kedalam api, sangat yakin Allah akan
menolongnya. Maka, Allah pun menjadikan api itu dingin. Begitupula saat Allah
SWT meminta beliau menyembelih anaknya. Saat itu beliau sangat yakin untuk
melaksanakan perintah-Nya. Saat-saat terakhir itulah Allah menggantikan anaknya
dengan seekor kambing. Saat Firaun mengejar nabi Musa hingga ke tepi lautan,
Nabi Musa tidak kehilangan keyakinan kepada Allah SWT. Allah SWT tidak akan
pernah meninggalkan hamba Nya. Maka, laut itupun terbelah dan Nabi Musa beserta
pengikutnya selamat dari kejaran firaun, sedangkan firaun dan para tentaranya
tenggelam.
Allah SWT berfirman didalam al
Quran surah al baqarah ayat 186 :
Artinya : “apaila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadaku tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereke memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”
Seorang mufassir menjelaskan , hendaklah
mereka memenuhi (segala perintah) Ku mengisyaratkan bahwa yang pertama dan
utama dituntut dari setiap yang berdoa adalah memenuhi segala perintah Nya.
Selanjutnya, ayat diatas memerintahkan agar percaya kepada Nya. Ini bukan saja
dalam mengakui ke esaan-Nya, tetapi juga percaya bahwa Dia akan memilih yang
terbaik untuk si pemohon. Dia tidak akan menyia-nyiakan doa itu, tetapi bisa
jadi Allah memperlakukan si pemohon seperti seorang ayah kepada anaknya. Sekali
memberi sesuai permintaanya, dilain waktu Allah memberi apa yang tidak kita
mohon tetapi baik untuk kita, dan tidak jarang pula Allah menolak permintaan
kita namun memberi sesuatu yang lebih baik dimasa mendatang. Kalau tidak
didunia maka diakhirat kelak. Bukankah ayah yang baik tidak memberikan sesuatu
yang merugikan anaknya walau sang anak mendesak?
Ada 3 tipe manusia dalam mematuhi perintah Allah SWT:
1. Mematuhi dengan Iman.
Golongan ini
sangat kuat imannya, sehingga berusaha mematuhi segala perintah Allah SWT
semaksimal mungkin. Para sahabat adalah contoh terbaik dalam hal ini. Mereka
lebih banyak berbuat terhadap islam, daripada menuntut apa yang mereka dapatkan
dari islam. Suatu ketika mereka datang kepada Rasulullah SAW dan meminta izin
untuk ikut berperang, padahal mereka tidak memiliki harta. Namun, karena mereka
tidak memiliki harta untuk bekal selama berperang, mereka tidak bisa ikut dan mereka menangisi hal tersebut. Allah SWT
mengbadikan hal ini dalam surah At taubah ayat 91-92. Saat itu mereka sangat
ingin ikut berjuang dan berkontribusi untuk islam, bagaimanapun kondisi mereka.
Dengan semangat inilah islam berhasil menyebar keseluruh muka bumi secara damai
dan memimpin peradaban dengan gemilang.
2. Berpikir untung dan rugi
Golongan ini
adalah mereka yang masih berpikir untung dan rugi dalam menjalankan segala perintah
Allah SWT. Golongan ini semakin berkurang keimanannya dari para sahabat RA.
Mereka masih menggunakan akalnya dalam mematuhi segala perintah Allah SWT.
Sehingga, jika mereka diminta untuk berjuang menegakkan perintah Allah SWT,
mereka akan berpikir tentang hartanya, anak istrinya, dan barag-barang yang
mereka tinggalkan. Disinilah semangat juang islam mulai menurun, dan
kegemilangan memudar. Akal telah menghalangi keimanan mereka, sedikit atau
banyak.
3. Menuruti hawa nafsunya
golongan ini
telah kehilangan iman dan akalnya. Mereka menuntut hak mereka untuk dikabulkan
doanya, tapi tidak mau menjalankan kewajiban yang harus mereka lakukan. Mereka
lebih memilih memenuhi hawa nafsunya daripada perintah Agama. Dengan banyak
alasan mereka berusaha membenarkan apa yang mereka lakukan. Jika tidak
dikabulkan doanya, mereka akan berkata Allah telah meninggalkan mereka. Namun,
jika mereka mendapat kenikmatan, mereka lupa terhadap doanya.
Bagaimana sikap
kita dalam memenuhi perintah Allah SWT bisa menjadi alat ukur kesempurnaan akal
kita. Tidak bisa dipungkiri bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Dzat yang
memberikan kita Rezeki dan segala fasilitas hidup kita didunia ini. Jika kita
orang-orang yang berakal,alasan apa lagi yang akan kita berikan untuk tidak
mematuhi perintah Nya? Apakah kalian tidak berfikir?
Lalu, diantara 3
golongan tersebut, kita termasuk yang mana?
Baiklah, kita
ambil satu contoh. Sebantar lagi Idul adha akan datang. Bagi yang mampu,
hendaknya ber Qurban. Bagi yang tidak mampu, banyak dari mereka yang menabung
untuk bisa melakukannya. Ini soal niat dan keimanan mereka kepada Allah SWT dan
Rasullah SAW serta usaha dalam mematuhi perintah Allah SWT. Jika sahabat yang
tidak punya harta semangat untuk berjuang, maka tidak ada alasan untuk tidak
berusaha ber Qurban. Apalagi untuk yang diberi kemampuan.
Berdoalah kepada
Allah SWT dengan penuh keyakinan sambil terus berusaha untuk memenuhi segala
perintahNya. Bukan hanya menuntut hak tanpa pernah memenuhi kewajiaban. Tidak
masalah seberapa besar dosa kita. Jika Allah SWT berkehendak, (maaf) wanita
pelacur yang memberi minum (maaf) anjing pun bisa masuk surga. Mohon lah ampun
terhadap setiap dosa kita dengan penuh ketakukan akan tidak dikabulkan, namun
jangan pernah berhenti berharap kebaikan (berdoa) kepada Allah SWT.
Berdoalah dengan
penuh keyakinan seperti nabi Ibrahim saat akan dibakar atau nabi musa saat
dikejar firaun, meskipun seolah tidak mungkin ada jalan, Allah SWT punya banyak
jalan untuk mengabulkan. Tugas kita hanyalah berdoa dan berusaha, bukan
memikirkan bagaimana cara Allah mengabulkannya. Yakinlah bahwa Allah SWT Maha Kuasa
mengabulkan doa-doa kita karena bagi Nya Nothing immposible ! (buya
hamka)
Keyen
ReplyDelete