Sunday, October 29, 2017

Sejarah itu bermula di al Muqoddasah

Mata saya berkaca-kaca saat menuliskan ini. Banyak yang saya tidak sadari selama ini, bahwa disanalah segalanya diawali. Sebuah pesantren di tengah desa, Ma'had Al Muqoddasah namanya. Saat itu tahun 2001, suatu sore di hari ahad keluarga meninggalkan saya yang masih kelas 2 SD bersama dengan kakak perempuan kelas 5 SD.
Hari-hari berikutnya sangat menyakitkan. Saya orang kampung yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Dalam tangis yang menderu kala itu, saya berteriak dengan bahasa jawa. Yang kemudian menjadi bahan ledekan kawan semua. Malam pertama di tanah Rantau itu saya habiskan dengan tidur di bawah telepon pondok. Menunggu dering telepon dari keluarga yang ternyata tidak pernah ada.
Setiap waktu makan siang tiba, saya selalu merengek minta jajan ke kakak saya di asrama putri, juga kadang uang. Tidak selamanya dia memiliki keduanya, maka tak jarang dia harus berhutang pada temannya. (Sampai sini, air mata saya jatuh, membayangkan masa lalu itu)
Saat itu pula, mungkin saya terlalu kecil untuk paham bahwa orang tua saya baru saja bangkrut dari usahanya. 500 juta di tahun 2001 sangat banyak. Begitulah angka yang harus ditanggungnya. Tapi semua itu tidak menghalangi nya untuk menjadikan anak-anaknya Hafidz Al Quran. Di Muqoddasah lah tempat ia mengkaderkan kedua anaknya, yang kemudian disusul oleh adiknya 2 tahun kemudian. (Masih bersama air mata yang tidak berhenti mengalir)
Adalah ustadh Afi wali kelas pertama saya dulu di kelas 2 dan Ustad Rozak sebagai guru hafalan al Quran untuk waktu yang sangat lama. Masih ingat sekali kelas yang kami gunakan dulu bangunan 2 ruangan yang sudah sangat rapuh. Saat saya kelas 3, bangunan itu telah dihancurkan dan diganti yang baru.
Ustad Rozak menjadi pahlawan dari sejarah hidup saya. Beliau lah yang dengan keras mengajarkan bagaimana mengeluarkan makhraj dengan benar. Dengan sabar menuntun para santrinya untuk selalu menjaga hafalannya. Berbagai hukuman pernah saya jalani. Dari malam selasa yang tidak boleh makan (Lauknya lele goreng) karena belum setor hafalan sampai malam senin diastor berkali-kali karena belum setoran hafalan sedangkan ketahuan main bola di hari ahadnya.
Saya baru sadar. Bahwa didikan keras beliau yang membawa saya menjadi Santri Teladan SD-SMP, dan santrinya terbaik di Al Amien Prenduan kemudian. Banyak lagi kenikmatan yang saya dapatkan setelah proses panjang dibawah asuhan beliau, termasuk beasiswa 100% dari Inggris untuk belajar di Malaysia saat ini, juga beasiswa Madinah yang saya terima beberapa waktu lalu.
Saya juga baru sadar. Bahwa orang tua saya dulu sangat keras untuk tidak mengizinkan saya pindah tempat mengaji. Beliau selalu bilang"Suatu hari nanti, saat kau sukses, beliau yang pertama kamu cari". Itu benar sekali. Suatu hari saat perpulangan di Al Amien, saya izin kepada orang tua untuk berjumpa dengan beliau. Yang saya sesali sampai ini, saya belum bisa membalas jasa mereka yang telah berjuang untuk hidup saya. Semoga suatu hari nanti bisa, jika tidak, Allah Yang akan membalasnya.
Di Al Muqoddasah pula saya diajari berorganisasi, bersosialisasi, dan bahkan menulis puisi. Jika boleh jujur disanalah saya dapatkan 80% dari apa yang saya miliki selama ini. Ideologi yang ditanamkan mengakar dekat kuat di hati, seperti "Menyantrikan Intelek, Mengintelekkan Santri", "Berpacu, jangan menoleh". Jika diterangkan, akan panjang sekali.
Sepertinya hampir semua mengakui bahwa di Al Muqoddasah kekeluargaannya erat sekali. Tidak hanya sesama Santri, tetapi juga wali Santri. Saya beberapa kali silaturahmi dengan mereka, minta tolong, bahkan seringkali merepotkan. Tapi inilah al Muqoddasah dengan segala kenangan yang sangat sulit dilupakan. Mungkin, ini buah keikhlasan dari para Pendirinya, Ustadz-ustadzahnya, bahkan para tukang dan kang-kang yang ikut membantu semuanya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya al Muqoddasah, telah menginspirasi orang tua saya untuk mendirikan hal yang serupa. Maka, pada Tahun 2015 berdirilah Ma'had Taahfidz Al Quran Daarussalam di Kendal Jawa Tengah.
Terlalu banyak cerita manis dan pahit selama 8 tahun di Al Muqoddasah, sekali lagi itu semua sukar untuk dilupakan. Semoga suatu hari nanti, ada waktu dan kesempatan untuk menuliskannya. Agar sejarah itu tidak hilang, agar jasa-jasa itu tidak terlupakan.
Selamat Ulang Tahun Ma'had Al Muqoddasah Litahfidzil Quran Nglumpang, Mlarak, Ponorogo.
Lewat tulisan ini semoga Rindu itu tersampaikan, teriring salam bersama derai angin sore yang menyambut malam.
Ampang Malaysia, bersama Adzan magrib berkumandang, 17 Oktober 2017

No comments:

Post a Comment