Mengawali artikel ini, izinkan
saya bercerita :
Suatu hari, disebuah Negara, seorang
raja memanggil 3 orang pemuda, kemudian memberikan sebuah karung kepada
masing-masing pemuda tersebut
“ Wahai pemuda, pergilah keseluruh penjuru negri ini, penuhilah
karung-karung itu dengan buah-buahan terbaik dan kembalilah 40 hari lagi” kata
Sang Raja memberikan perintah.
Maka, pergilah 3 orang pemuda
tersebut kearah yang berbeda
Pemuda pertama, sambil mencari
buah dia berkata dalam hati “ Ini perintah raja, orang tertinggi di negri ini,
maka saya hanya akan memasukkan buah-buahan terbaik kedalam karung saya” maka,
dengan susah payah dia mencari buah-buahan terbaik diseluruh penjuru negri
untuk dia masukkan kedalam karung. Tak jarang dia harus memasuki hutan
belantara dengan hewan buas, atau menyebarangi kali dengan banyak batu cadas.
Pemuda kedua, sambil mencari buah
dia berkata dalam hati” Raja pasti tidak
akan memeriksa isi karung saya seluruhnya, raja pasti hanya akan melihat bagian
atasnya saja, dengan itu saya akan lebih mudah memenuhi karung saya” maka, dia
pun memasukkan buah-buahan yang baik dibagian atas karung tersbut dan
memasukkan buah-buahan yang tidak baik dibagian bawahnya.
Pemuda ketiga, sambil mencari
buah dia berkata dalam hati “ Raja pasti tidak akan memeriksa isi karung saya,
saya tidak akan susah-susah mencari buah-buahan terbaik, saya akan masukkan apapun yang saya temui”
maka, dia memsukkan kulit durian, kaca, sandal, batu, pasir dan apapun yang dia
temui untuk memenuhi isi karung tersebut.
Setelah 40 hari merekapun kembali
ke istana. Raja tidak melihat isi karung mereka sama sekali. Raja hanya berkata
“ Saya telah menyiapkan 3 ruangan berbeda, masuklah kalian masing-masing ke
ruangan tersebut dan makanlah apa yang telah kalian masukkan kedalam karung
tersebut”
Pemuda pertama yang hanya
memasukkan buah-buahan terbaik kedalam karungnya, dia bisa menikmati semuanya.
Pemuda kedua hanya bisa makan buah-buahan terbaik saja sedangkan yang lainnya
tidak. Bagaimana dengan pemuda ketiga? Dia tidak bisa makan apa-apa dari apa
yang ada didalam karungnya.
Dari cerita tersebut ada beberapa
pelajaran yang dapat kita ambil, diantaranya :
1. Perjalanan kita didunia ini hanyalah untuk mengumpulkan bekal
diakhirat kelak. Bekal apa yang kita bawa, itulah yang akan kita nikmati
selama-lamnaya. Bukan amal yang menentukan kita masuk surga atau tidak, karena
masuk surga atau tidak itu tergantung Ridho Allah SWT. Tapi, amal akan
menentukan tempat kita setelah masuk surga. Kata orang jawa “ urip iku kur
mampir ngombe” . Hidup kita sebatas mampir minum. Agar kita sampai ditujuan
dengan baik, Allah telah memandu kita dengan Al –Quran dan As Sunnah. Sudahkah
kita mengikutinya dengan baik?
Allah bahkan
telah menunjukkan kepada kita mana yang baik dan tidak untuk kita kerjakan. Allah
juga telah meunjukkan cara untuk mengisi karung-karung amal kita. Bukalah
kembali al Quran kita, jangan hanya di bulan Ramadhan saja. Kemudian kita
biarkan ia berdebu 11 bulan berikutnya. Disanalah kita tahu apa yang harus kita
siapkan untuk menyambut hari yang kita tidak akan pernah kembali lagi kedunia
ini.
2. Untuk mengisi karung amal kita hanya yang terbaik dibutuhkan
perjuangan yang tidak mudah. Rasulullah yang sudah dijamin surganya saja masih
beribadah sampai kakinya bengkak. Bagaimana dengan kita yang surganya belum
pasti? Banyak hal didunia ini yang melenakan. Hawa nafsu kita adalah musuh
utama yang harus kita waspadai. Perjuangan melawan hawa nafsu lebih berat
daripada berhadapan dengan musuh nyata. Kadang saat kita sudah berkeingianan
untuk umrah, wakaf atau beramal lainnya, hawa nafsu kita menahan kita untuk
melalukannya. Begitulah kehidupan didunia ini, karena Dunia adalah penjara bagi
orang mukmin. Cara yang efektif bila kita ingin senantiasa berbuat baik, atau
paling tidak kita terhindar dari maksiat adalah dengan berteman dengan
orang-orang shaleh. Rasulullah SAW
bersabda “ Perumpamaan teman yang shaleh dengan orang yang jelek adalah seperti
orang yang membawa minyak wangi dan alat peniup api tukang besi. Seorang
pembawa minyak wangi : mungkin saja
menghadiahkannya untukmu, atau engkau membelinya darinya, atau juga engkau
mendapatkan wanginya yang harum darinya. Sedangkan orang yang membawa alat
peniup api tukang besi : mungkin dia dapat membakar pakaianmu, atau engkau
mendapatkan bau yang tidak sedap darinya.”(HR. Bukhari)
3. Hidup kita tidak lama, maka lakukanlah hal-hal terbaik yang
dapat memenuhi karung kita, bahkan setelah kita meningal dunia. Allah tidak memerintahkan kita memenuhi
karung amal kita sendirian. Allah membuka lebar peluang-peluang orang lain
untuk ikut memenuhi karung amal kita. Allah meyediakan banyak jalan agar kita
bisa terus mengisi amal kita meskipun kita telah meninggal dunia yaitu dengan
Shodaqah jariyah atau wakaf. Selama apa yang kita wakafkan masih digunakan maka
kita akan senantiasa mendapatkan aliran pahala
orang yang mengambil manfaat darinya. Inilah yang banyak dilakukan oleh
para sahabat dan pendahulu kita. Banyak pesantren, masjid, sekolah yang berdiri
diatas tanah wakaf. Mereka mewakafkan
harta terbaik mereka karena sadar bahwa harta yang akan mereka bawa mati
bukanlah banyaknya tanah, rupiah atau
rumah. Tapi apa yang mereka sedekahkan dijalan Allah SWT. Didalam al Quran Allah SWT berfirman : “ Kamu
tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang
kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha
Mengetahui”
Pada dasarnya, setiap yang kita
lakukan akan kembali kepada kita sendiri. Baik atau buruknya kitalah yang akan
merasakan. Didunia maupun diakhirat. Mungkin kita bertanya kenapa orang
non-muslim justru banyak yang kaya? Saran saya jangan heran. Mereka dikasih
Allah semua didunia tanpa menyisakan sedikitpun dikhirat. Padahal, kenikmatan dunia
itu hanya 1%, yang 99% itulah yang akan Allah berikan kepada kaum mukmin di
akhirat. Mari, menabung sebanyak-banyaknya untuk akhirat kita, karena kita akan
menikmatinya dihari saat kesempatan menabung telah tutup. Wallahu a’lam. (buya)
berbagilah, karena itu membahagiakan |