Masyarakat dunia yang
sangat banyak ini memiliki satuan terkecil bernama keluarga. Keluarga pada
dasarnya terdiri dari Ayah, ibu, anak, kakek dan nenek dst. Intinya, mereka dale
sekumpulan orang yang memliki hubungan darah. Namun, lambat laun pengertian
tentang keluarga semakin melebar. Suatu suku yang sama yang berkumpul di tempat perantauan juga mereka
akhirnya menjadi kelurga, atau lebih tepatnya memliki rasa “kekeluargaan”.
Tidak hanya itu, terjadinya
kesamaan antar manusia juga menimbulkan rasa kekeluargaan. Akhirnya
terbentuklah banyak kelompok-kelompok atau komunitas-komunitas. Seperti
komunitas vespa, komunitas music, komunitas da’I dsb. Layaknya keluarga dengan
hubungan darah, mereka saling mencintai dan menyayangi satu sama lainnya,
merasakan sakit yang lain sakit dan bahagia dalam kebahagiaan orang lain juga.
Kita sadari atau tidak,
kita merasa lebih nyaman jika berada dsekitar keluarga kita atau disekitar
orang-orang yang kita kenal daripada terhadap orang asing. Dalam hubungan hak
dan keewajiban juga sama, kita sering kali lebih mendahulukan kepentingan
keluarga kita daripada orang lain. Hal ini wajar saja karena merupakan naluri
dasar manusia, selama tidak melanggar hal-hal yang dilarang agama.
Dalam al-Quran Allah menganjurkan untuk menolong keluarga (dzawil Qurba)
lebih dahulu baru kemudian orang-orang fakir dan miskin. Kita dapat menyaksikan
disekiling kita bagaiamana sebuah keluarga ekonominya membaik karena bantuan
saudaranya, mendapat pekerjaan melalui saudaranya, mendapat jodoh melalui
saudaranya. Atas izin Allah SWT keluarga memberikan peran yang sangat penting
dalam kehidupan dunia dan akhirat kita.
Mungkin kita dapat
bayangkan betapa bahagianya bila kita menjadi bagian dari kelurga
presiden. Hidup nyaman dengan segala
kenikmatan dan kemewahan pasti akan kita dapatkan. Mau apapun ada yang
menyediakan, jalan-jalan mendapat kawalan, semua orang akan memberikan
penghormatan kepada kita. Enak bukan? Itu pendapat anda.
Namun, pernahkah kita
berpikir jika kita menjadi bagian dari keluarga Allah SWT, Dzat yang Maha Kuasa
diatas segala kekuasan. Yang menguasai lagit dan bumi serta apapun yang ada
didalamnya. Hal itu bukan sesuatu yang mustahil terjadi, karena nabi Muhammad
SAW bersabda
“Dari Anas r.a bahwa
Rasulullah SAW bersabda :” Sesungguhnya Allah SWT memliki ahli (keluarga)
diantara manusia” para sahabat bertanya “ Siapa mereka wahai Rasulullah?”.
Rasulullah SAW bersabda “Ahlul Qur’an, mereka itu adalah ahli Ahli Allah dan
mendapat keistimewaan dari Allah SWT” (HR. An-Nasa-I, Ibnu Majah dan
Al-Hakim)
Dari hadits diatas
setidaknya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kita sebagai manusia dapat
menjadi bagian dari keluarga Allah SWT dengan syarat kita menjadi Ahlul
Qur’an. lalu bagaimana caranya ? :
1.
Kenalilah
al-Quran dan Bacalah
“Tak
kenal, maka tak sayang”. Mungkinkah kita bisa akrab dengan sesuatu yang belum
kita kenal? Saya rasa tidak. Untuk itulah, sebagai muslim yang pedoman hidupnya adalah al-Quran(bulletin edisi 1),
maka wajib bagi kita untuk mengenal al-Quran dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kadar kemampuan kita. jika kira biasakan untuk rutin membaca al Quran
dalam hari-hari kita insyaAllah dengan sendirinya al-Quran akan mengenalkan
dirinya kepada kita.
Selayaknya
kita jadikan al-Quran sebagai dzikir harian kita, tiada hari tanpa mengaji.
Bahkan, karena cintanya kepada al Quran dan agar selalu bisa membaca dan
menjaga al Quran banyak manusia yang menghafalkannya. Sejak zaman nabi dahulu
sampai sekarang selalu saja bermunculan para penghafal al Quran dan
tempat-tempat belajar al Quran. Salah satunya adalah ma’had Tahfidz
Daarussalaam.
Bacalah
al-Quran dimanapun dan kapanpun agar kita semakin mengenal al-Quran dan
al-Quran pun mengenali kita. berkumpullah bersama orang-orang yang rajin
membaca al-Quran agar kita termotivasi untuk semakin rajin membaca.
2.
Mengamalkan ajaran al Quran
Sebagaimana
kita belajar suatu rumus matematika, fisika dan ilmu lainnya. Hanya dengan
banyak prakteklah teori-teori itu semakin melekat dengan kita. Begitupula al
Quran, sebuah kita yang bukan hanya untuk kita saja namun juga amalkan isi dan
kandungannya. Kita tidak akan pernah sampai tujuan jika hanya berdiri melihat
papan petunjuk arah, kita harus melangkah.
Bahkan
para sahabat dahulu, tidak akan menambah hafalannya sebelum mampu mengamalkan
hafalan yang telah mereka hafalkan.
Musuh-musuh
islam tidak akan takut jika kita hanya rajin membaca al-Quran. Yang mereka
takut adalah ketika umat muslim berlomba-lomba mengamalkan ajaran al Quran yang
mulia itu. Karena al Quran tanpa pengamalan dari para pembacanya hanya akan
sampai pada titik sebagai mukjizat yang mulia, belum pada petunjuk-petujuk dan
perubahan-perubahan pada tatanan kehidupan kita. Dan inilah yang Allah Inginkan
dari manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini.
3.
Belajar
dan mengajarkan al Quran
“Sebaik-baik
kalian adalah yang belajar dan mengajarkan al Quran” Hadits nabi SAW. al Quran
ibarat samudra, semakin diselami semakin dalam. Tidak akan pernah habis
pembelajaran tentang al Quran meski telah dikaji 1400 lebih lamanya. setiap
zaman selalu menemukan hal-hal baru dalam al Quran. Banyak penemu-penemu masa
kini ataupun dahulu yang menemukan inspirasi memaluli al Quran.
Belajar
al Quran yang dimualai dari pengenalan huruf-huruf-hurufnya sampai pada kajian
tafsirnya merupakan hal yang mulia. Karena yang kita pelajari adalah Firman
Allah SWT. Dzat yang menciptakan kita dan mengetahui segala sesuatunya. Begitu
pula dengan mengajarkan al Quran. Melalui proses pengajaran inilah kita dapat
membentuk generasi yang kenal dengan al Quran, senang membaca al Quran dan
Mengamalkan isi al Quran.
Belajar
dan mengajarkan al Quran adalah hal yang mulia yang seharunya didukung penuh
dan suburkan dalam kehidupan kita. agar tercipta generasi-generasi qurany yang
perngetahuan luas dan berpedoman al Quran.
Mari
kita berlomba-lomba mendaftarkan diri menjadi keluarga Allah SWT di bumi ini
dengan menjadi ahlul Quran. Betapa nikmatnya jika kita bisa menjadi keluarga
Allah SWT dimuka bumi ini. Wallahua’lam biswab. (buya)