Tuesday, June 30, 2015

PUASA DI NEGERI ORANG

Ini hari pertama saya puasa di negeri jiran. Meskipun bukan kali pertama saya datang kesini saat Ramadhan. Nanti saya ceritakan, bagaimana Tuhan menjawab mimpi saya, kurang dari 1 tahun. Di negeri ini. MALAYSIA
***
Hari pertama, tentu lelah sisa perjalanan masih terasa. Bukan hanya lelah karena harus angkat 2 koper besar yang saya bawa. Tapi juga lelah jiwa yang harus pergi dari tanah air. Pergi dari segala keindahan dan kenyamanan hidup bersama keluarga. Meski bagaimanapun, meninggalkan kenangan adalah hal yang  sulit terlupa. Sampai saat pesawat take off pun, kenangan itu masih saja melekat dibumi. Jauh dibawah sana.
Perjalanan jogja kuala lumpur menghabiskan waktu 2 jam. Namun karena perbedaan waktu, akhirnya seperti 3 jam. Tidak ada hal penting yang terjadi dibandara adi sucipto, Jogjakarta. Kecuali air mata ayah  yang terus mengalir deras, seiring dengan pelukan yang semakin terlepas. Bandara mempunyai 2 arti tentang air mata. Dibandara orang menangis bahagia karena kembali berjumpa dengan keluarga, dibandara pula, tangis kesedihan tumpah, karena harus berpisah. Kaki ini harus melangkah, masuk ke ruang check in. saat itu ada 2 pilihan, menengok terus kebelakang, melihat air mata yang jatuh bertupahan, atau terus melangkah dengan tangis yang hanya diri sendiri dan mungkin petugas check in bandara yang tahu.
Pesawat yang akan membawa saya ke Malaysia  terbang pukul 17.15 , itu artinya 15 menit sebelum waktu berbuka tiba. Namun, seolah  tidak peduli saya  akan berbuka apa, petugas pemeriksaan tetap saja menyita air yang kami bawa. “ ini penerbangan internasional” begitu tegasnya tanpa iba. Saya bukan tidak tahu akan hal itu. Tapi saya pikir, karena ini bulan puasa maka aka nada sedikit kelonggaran. Dengan sangat terpaksa sebotol pocari sweat ukuran tanggung  dan sebotol YOUC1000 saya disita. Diantara kami ber 6 (saya, alis nerindo, dimas, beny zakaria, david, dan haris) hanya sebotol air minum tangguh yang lolos. L
Pesawat air asia membawa kami menjemput harapan, ke negeri jiran. Didalam pesawat tidak saya sia-siakan setiap kesempatan. Setelah kondisi tenang, mulailah kami sibuk dengan diri masing-masing. Dan saya? Membuat video untuk saya kirimkan ke @radityadika. Kalo belum nonton, ini link nya : https://www.youtube.com/watch?v=PHy0ZZ07rjk
Batapa bahagianya kami. Setelah menunggu selama 3 bulan tanpa kepastian yang jelas, akhirnya kami berangkat juga. Teman saya, orang Sulawesi, bahkan telah menunggu keberangkatan ini selama 3 bulan tinggal di jakarta. Sampai di KLIA2 (Bandara Internasional Malaysia) kami mengikuti prosedur yang ada. Jika biasanya saya melihat para foreign (orang asing) berdiri dibarisan imigrasi Indonesia, maka saat ini saya dan teman-teman yang berdiri pada barisan foreign itu. Hhmm. Bangga rasanya. Alhamdulillah.
Tidak mudah untuk masuk ke sebuah Negara tanpa surat-surat yang jelas. Saya mengalami hal yang sama, saat petugas imigrasi tau bahwa tujuan kita adalah belajar, maka mereka akan menanyakan banyak hal. Pertanyaan standard adalah kuliah di kampus mana? Sampai pada surat imigrasi yang ada pada kita. Alhamdulillah, meski awalnya mereka sedikit tidak percaya, setelah kami tunjukkan surat imgrasi, stempel imigrasi pun mendarat di passport kami. Ketegangan saat menunggu stempel itu sama seperti saat seorang kekasih mendapat balasan dari sms yang dia kirimkan kepada  pacarnya. J (kurang lebih begitu)
Kami tau siapa yang akan menjemput. Tapi kami belum pernah bertemu. Inilah pencarian yang harus kami hadapi. 1 jam kami keliling Bandara untuk mencari sinyal wi fi, untuk menghubungi orang yang akan menjemput kami. Namun tidak bisa, bertanya ke petugas Bandara juga sama saja. Sampai akhirnya kita memutuskan untuk membeli kartu Malaysia. 44 Ringgit 500 MB. Kalau dibandingkan di Indonesia ini mahal. Xl aja 30 ribu dapat 5 GB :D (owh iya 1 ringgit itu setara 3500an)
Berbekal kartu itu akhirnya kami bertemu dengan pemjemput yang katanya dari tadi menunggu kita dipintu kedatangan. Hehe. Begitulah kalo tidak saling kenal. Susah ketemunya. Kami bukan rombongan pertama yang tiba, rombongan pertama dari Surabaya. 1 orang (hehe disebut rombongan atau apa ya kalo 1 orang?) rombongan ketiga dari jakarta. 6 orang. Namun pesawatnya delay sampe 3 jam. Jadi kami berenam lansgsung berangkat menuju asrama dengan 2 taksi innova yang kami sewa.
Lumayan jauh. 1,5 jam tanpa macet dengan  kecepatan sedang. Kami tidak tahu akan seperti apa asrama kami. Namun, begitu taksi itu berhenti dan sebuah gerbang terbuka, kami kaget melihat tempat kami tinggal. “kami akan tinggal disini selamanya atau hanya sementara?” begitu Tanya kami seketika. Saking tidak percaya bahwa asrama yang kami tempati sangat megah dan mewah.
Seperti bukan asrama. Rumah pribadi lebih tepatnya. Namun dengan kamar yang luas dan kamar mandi sekelas hotel bintang 5. Asrama ini berlantai 3. Lantai 1 terdiri dari ruang pertemuan kecil, ruang manager, dapur, tempat makan, kolam renang, ruang santai dan tempat tenis meja. Lantai 2 terdiri dari 3 kamar mahasiswa, 1 kamar pengurus dan tempat sholat yang cukup luas serta perpustakaan. Lantai 3 terdiri dari 2 kamar mahasiswa dan 1 ruang pertemuan yang besar.
Ini puasa yang akan saya jalani dengan rutinitas yang baru. lingkungan yang baru dan orang-orang baru. yang baru biasanya akan terlihat lebih indah, semoga saja begitu.  Puasa di negeri orang membuat cerita tersendiri dari hidup saya. Apalagi di asrama, niat meng idealkan badan bisa saja sirna. Makanan yang kami makan adalah porsi besar orang arab dengan daging yang besar pula. Buah-buahan  selalu tersedia. Juz dan minuman berasa juga ada. Alhamdulillah Tuhan atas semuanya. L
Ah, semua kenikmatan itu semoga tidak melenakan puasa saya  di negeri orang. Puasa dari kesenangan sementara  untuk masa depan yang lebih baik. Puasa dari kenyamanan sementara untuk ilmu dan agama. Puasa dari keruhnya birokrasi Indonesia. Dan tentu saja puasa untuk mengeluh dengan keadaan yang ada, kemudian berjuang untuk mendapatkan apapun yang diinginkan. Dengan izin TUHAN.
Oh iya, tentang cerita mimpi saya yang terjawab oleh Allah sebelum 1 tahun, ikutin terus ya blog ini.
Sambil istirahat, kita lihat foto-foto ya.

Semoga menjadi doa dan saya tetap dalam ketawadhuan.  


tempat mandinya, sekalian sauna 
                                               


menu makannya :(

13 orang utusan indonesia 
abis terawih dibagiin ini. ketawa liat tulisannya :D 
sampai ada cctv nya pula 

Wednesday, June 24, 2015

alat ukur kadar kemauan kita

 
Apa kabar temen-temen ODOJ ers (hehe,,sebutan untuk para anggota ODOJ)
Memasuki hari ke 7 semoga masih tetep istiqomah ya. Aamiin.
Saya berencana mem publish tulisan ini sampai genap anggota 3 Group ODOJ. Alhamdulillah semalem sebelum pukul 21.00 ada temen baik saya yang bergabung. Temen masa kecil, bahkan sampai hari ini. (dia ngak mau disebutin namanya, alay katanya ( )
***
Melalui tulisan ini saya mau cerita. Ramadhan 1436 H ini  terasa beda buat saya. Saya merasakan energi yang luar biasa. Untuk itu, saya sangat rajin pasang DP BBM tentang ODOJ. “tinggal 23 kursi lagi” tulis saya pada status BBM. Terus saja saya meng update perkembangan jumlah anggota ODOJ. Sampai banyak pertanyaan  masuk “Jualan apaan sih?” hehe.
“jualan tiket surga, tapi komisinya langsung masuk rekening akhirat” begitu jawab saya.
Sebagian teman-teman yang belum tau apa itu ODOJ pada bertanya. Sebagian yang lain juga langsung serta merta ikut bergabung. Namun, dari 7 hari berjalan ini saya menemukan 2 hal yang menginspirasi
Saat saya mengajak teman-teman yang ada di kontak BBM atau Whatsapp,  ada jawaban yang membuat saya terdiam agak lama. “Ramadhan kan gak boleh boong ya, jujur saya belum bisa ngaji” atau “hah? 1 juz mah saya bacanya paling cepet 1 minggu”. 2 jawaban itu membuat saya merasa sedih dan bersyukur. Sedih karena ternyata di zaman yang sudah sangat modern ini masih ada orang yang belum bisa mengaji. Atau karena zaman sangat modern sehingga orang lupa cara mengaji. Dan saya tahu orangnya. Berdosakah saya yang diberi kemampuan untuk mengaji namun belum mampu mengajari. (
Dari jawaban itu juga saya bersyukur, bahwa saya diberi hidayah oleh Allah SWT untuk bisa membaca Kalam Nya.   Taoi kenapa saya belum bisa sering membacanya? Padahal orang lain yang belum bisa sebagian berusaha keras agar bisa. Apa karena saya sudah bisa membacanya, kemudian saya merasa tidak terlalu butuh mengulang bacaan saya. Toh, saya kan sudah bisa. Segudang pertanyaan muncul bersamaan.
Saya mendapati kenyataan yang berbeda dengan teori yang ada. Alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan untuk gabung beberapa Group ODOJ sebelum ini. Saya pernah bergabung dengan Group ODOJ yang semua anggotanya penghafal al Quran (wuidih keren kan?) Alhamdulillah, Group ini berjalan lancer. Namun hanya bebrapa bulan. Selanjutnya ? bubar dijalan. Hehe. Secara teori akal, karena mereka adalah para penghafal al Quran, mereka kan lebih muda untuk membaca 1 juz dalam 1 hari. Jangankan 1 juz, 30 juz saja banyak yang mampu. Namun, kenyaatan berbicara lain.
Akhirnya saya move on.(hehe bukan cumin patah hati doing yang bisa move on). Saya diajak teman untuk bergabung ke Group ODOJ nasional. Yang saya tahu, dari group saya tidak ada yang hafal al Quran. Kalo al fatihah dan surat-surat pendek mah, anak TK zaman sekarang juga apal. Hehe. Profesi mereka pun bukan rata-rata ustad. Umum. Sangat umum bahkan. Namun, saya seringkali tertegun melihat semangat mengaji mereka. Semangat laporan mereka. Semangat saling mengingatkan antar anggota. Salut.
Akhirnya saya berfikir. Jawabnya “Ternyata bukan yang paling bisa, tapi yang paling berusaha” bukan yang paling tajam, tapi yang paling bersungguh-sungguh. Kita  pasti mau kan untuk bisa istiqomah membaca al Quran setiap hari. Tapi kadang kadang kita tidak bisa. Sebenarnya bukan karena tidak bisa, tapi karena kita tridak mau.
“Loh? Saya mau tapi tidak bisa” mungkin ada yang protes seperti itu.
Hehe. Kalau anda belum bisa tandanya anda belum mau. Saya yakin aka nada yang tetap protes. (
Oke. Mari kita ukur kemauan kita dengan emas. Seperti halnya emas yangkadar karatnya berbeda-beda. Kemauan kita juga sama. Ada emas 24 karat, 22 karat, 20 karat, 18 karat atau bahkan ada emas muda. Kalau kadar kemauan kita 24 karat atau paling ngak 22 karat, insyaAllah kita bisa. Masalahnya seringkali kadar kemauan kita tidak sampai 22 karat bahkan 24 karat, jadi ada rintangan dikit kita udah nyerah aja.
Saya punya pengalaman dengan hal ini. Di suatu komplek di Jakarta ibu-ibu pengajian yang kekinian (baca : gaul) Karena mereka belum bisa 1 hari 1 juz dan karena begitu luar biasanya semangat mereka untuk bisa dan istiqomah, akhirnya dibuatlah ODOP (one Day One Page) satu hari satu halaman. Mereka masih terbata-bata, bahkan mengeja huruf demi hurufnya. Lambat laun makin lancer dan terbiasa.
Ada lagi. Dan ini yang juga menginspirasi saya. Seorang direktur sebuah perusahaan besar, dengan kesibukan yang luar biasa, bisa hatam membaca al Quran sampai 5 kali selama bulan ramadhan. Padahal beliau bukan seorang penghafal al Quran. Dan baru mengenal islam sebenarnya tidak lebih dari 10 tahun yang lalu.
Hhmmm. Kadang cinta binasa bukan karena jauh saja, tapi terlalu dekat juga bisa jadi penyebab hambarnya  cinta.
Kita mungkin telah begitu dekat dengan al Quran, tapi dekatilah terus karena cinta kita. Sesekali pergilah dan lihatlah mereka yang belum Allah berikan kesempatan yang sama dengan kita untuk membaca al Quran. Para tukang becak yang sangat lelah bekerja, penjual sayur yang pagi buta telah pergi belanja atau profesi lain yang sulit mencari waktu luang untuk mengaji.
Ingat, mengaji bukan saat waktu luang, tapi luangkanlah waktu untuk mengaji. Baca BBM, WA, Facebook an aja sempet. Ya kan?hehe.
Oh iya yang belum ada BBM saya bisa invite di 52A804EA
Semoga kita diberikan hidayah untuk terus istiqomah, setidaknya selama ramadhan ini. Aamiin.

Thursday, June 18, 2015

KELUARGA ALLAH


Masyarakat dunia yang sangat banyak ini memiliki satuan terkecil bernama keluarga. Keluarga pada dasarnya terdiri dari Ayah, ibu, anak, kakek dan nenek dst. Intinya, mereka dale sekumpulan orang yang memliki hubungan darah. Namun, lambat laun pengertian tentang keluarga semakin melebar. Suatu suku yang sama yang  berkumpul di tempat perantauan juga mereka akhirnya menjadi kelurga, atau lebih tepatnya memliki rasa “kekeluargaan”.
Tidak hanya itu, terjadinya kesamaan antar manusia juga menimbulkan rasa kekeluargaan. Akhirnya terbentuklah banyak kelompok-kelompok atau komunitas-komunitas. Seperti komunitas vespa, komunitas music, komunitas da’I dsb. Layaknya keluarga dengan hubungan darah, mereka saling mencintai dan menyayangi satu sama lainnya, merasakan sakit yang lain sakit dan bahagia dalam kebahagiaan orang lain juga.
Kita sadari atau tidak, kita merasa lebih nyaman jika berada dsekitar keluarga kita atau disekitar orang-orang yang kita kenal daripada terhadap orang asing. Dalam hubungan hak dan keewajiban juga sama, kita sering kali lebih mendahulukan kepentingan keluarga kita daripada orang lain. Hal ini wajar saja karena merupakan naluri dasar manusia, selama tidak melanggar hal-hal yang dilarang agama.
Dalam al-Quran Allah  menganjurkan  untuk menolong keluarga (dzawil Qurba) lebih dahulu baru kemudian orang-orang fakir dan miskin. Kita dapat menyaksikan disekiling kita bagaiamana sebuah keluarga ekonominya membaik karena bantuan saudaranya, mendapat pekerjaan melalui saudaranya, mendapat jodoh melalui saudaranya. Atas izin Allah SWT keluarga memberikan peran yang sangat penting dalam kehidupan dunia dan akhirat kita.
Mungkin kita dapat bayangkan betapa bahagianya bila kita menjadi bagian dari kelurga presiden.  Hidup nyaman dengan segala kenikmatan dan kemewahan pasti akan kita dapatkan. Mau apapun ada yang menyediakan, jalan-jalan mendapat kawalan, semua orang akan memberikan penghormatan kepada kita. Enak bukan? Itu pendapat anda.
Namun, pernahkah kita berpikir jika kita menjadi bagian dari keluarga Allah SWT, Dzat yang Maha Kuasa diatas segala kekuasan. Yang menguasai lagit dan bumi serta apapun yang ada didalamnya. Hal itu bukan sesuatu yang mustahil terjadi, karena nabi Muhammad SAW bersabda
“Dari Anas r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :” Sesungguhnya Allah SWT memliki ahli (keluarga) diantara manusia” para sahabat bertanya “ Siapa mereka wahai Rasulullah?”. Rasulullah SAW bersabda “Ahlul Qur’an, mereka itu adalah ahli Ahli Allah dan mendapat keistimewaan dari Allah SWT” (HR. An-Nasa-I, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Dari hadits diatas setidaknya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kita sebagai manusia dapat menjadi bagian dari keluarga Allah SWT dengan syarat kita menjadi Ahlul Qur’an. lalu bagaimana caranya ? :

1.    Kenalilah al-Quran dan Bacalah
“Tak kenal, maka tak sayang”. Mungkinkah kita bisa akrab dengan sesuatu yang belum kita kenal? Saya rasa tidak. Untuk itulah, sebagai muslim yang pedoman  hidupnya adalah al-Quran(bulletin edisi 1), maka wajib bagi kita untuk mengenal al-Quran dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kadar kemampuan kita. jika kira biasakan untuk rutin membaca al Quran dalam hari-hari kita insyaAllah dengan sendirinya al-Quran akan mengenalkan dirinya kepada kita.
Selayaknya kita jadikan al-Quran sebagai dzikir harian kita, tiada hari tanpa mengaji. Bahkan, karena cintanya kepada al Quran dan agar selalu bisa membaca dan menjaga al Quran banyak manusia yang menghafalkannya. Sejak zaman nabi dahulu sampai sekarang selalu saja bermunculan para penghafal al Quran dan tempat-tempat belajar al Quran. Salah satunya adalah ma’had Tahfidz Daarussalaam.

Bacalah al-Quran dimanapun dan kapanpun agar kita semakin mengenal al-Quran dan al-Quran pun mengenali kita. berkumpullah bersama orang-orang yang rajin membaca al-Quran agar kita termotivasi untuk semakin rajin membaca.

2.     Mengamalkan ajaran al Quran
Sebagaimana kita belajar suatu rumus matematika, fisika dan ilmu lainnya. Hanya dengan banyak prakteklah teori-teori itu semakin melekat dengan kita. Begitupula al Quran, sebuah kita yang bukan hanya untuk kita saja namun juga amalkan isi dan kandungannya. Kita tidak akan pernah sampai tujuan jika hanya berdiri melihat papan petunjuk arah, kita harus melangkah.
Bahkan para sahabat dahulu, tidak akan menambah hafalannya sebelum mampu mengamalkan hafalan yang telah mereka hafalkan.

Musuh-musuh islam tidak akan takut jika kita hanya rajin membaca al-Quran. Yang mereka takut adalah ketika umat muslim berlomba-lomba mengamalkan ajaran al Quran yang mulia itu. Karena al Quran tanpa pengamalan dari para pembacanya hanya akan sampai pada titik sebagai mukjizat yang mulia, belum pada petunjuk-petujuk dan perubahan-perubahan pada tatanan kehidupan kita. Dan inilah yang Allah Inginkan dari manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini.

3.    Belajar dan mengajarkan al Quran
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan al Quran” Hadits nabi SAW. al Quran ibarat samudra, semakin diselami semakin dalam. Tidak akan pernah habis pembelajaran tentang al Quran meski telah dikaji 1400 lebih lamanya. setiap zaman selalu menemukan hal-hal baru dalam al Quran. Banyak penemu-penemu masa kini ataupun dahulu yang menemukan inspirasi memaluli al Quran.

Belajar al Quran yang dimualai dari pengenalan huruf-huruf-hurufnya sampai pada kajian tafsirnya merupakan hal yang mulia. Karena yang kita pelajari adalah Firman Allah SWT. Dzat yang menciptakan kita dan mengetahui segala sesuatunya. Begitu pula dengan mengajarkan al Quran. Melalui proses pengajaran inilah kita dapat membentuk generasi yang kenal dengan al Quran, senang membaca al Quran dan Mengamalkan isi al Quran.


Belajar dan mengajarkan al Quran adalah hal yang mulia yang seharunya didukung penuh dan suburkan dalam kehidupan kita. agar tercipta generasi-generasi qurany yang perngetahuan luas dan berpedoman al Quran.

Mari kita berlomba-lomba mendaftarkan diri menjadi keluarga Allah SWT di bumi ini dengan menjadi ahlul Quran. Betapa nikmatnya jika kita bisa menjadi keluarga Allah SWT dimuka bumi ini. Wallahua’lam biswab. (buya)