Wednesday, June 24, 2015

alat ukur kadar kemauan kita

 
Apa kabar temen-temen ODOJ ers (hehe,,sebutan untuk para anggota ODOJ)
Memasuki hari ke 7 semoga masih tetep istiqomah ya. Aamiin.
Saya berencana mem publish tulisan ini sampai genap anggota 3 Group ODOJ. Alhamdulillah semalem sebelum pukul 21.00 ada temen baik saya yang bergabung. Temen masa kecil, bahkan sampai hari ini. (dia ngak mau disebutin namanya, alay katanya ( )
***
Melalui tulisan ini saya mau cerita. Ramadhan 1436 H ini  terasa beda buat saya. Saya merasakan energi yang luar biasa. Untuk itu, saya sangat rajin pasang DP BBM tentang ODOJ. “tinggal 23 kursi lagi” tulis saya pada status BBM. Terus saja saya meng update perkembangan jumlah anggota ODOJ. Sampai banyak pertanyaan  masuk “Jualan apaan sih?” hehe.
“jualan tiket surga, tapi komisinya langsung masuk rekening akhirat” begitu jawab saya.
Sebagian teman-teman yang belum tau apa itu ODOJ pada bertanya. Sebagian yang lain juga langsung serta merta ikut bergabung. Namun, dari 7 hari berjalan ini saya menemukan 2 hal yang menginspirasi
Saat saya mengajak teman-teman yang ada di kontak BBM atau Whatsapp,  ada jawaban yang membuat saya terdiam agak lama. “Ramadhan kan gak boleh boong ya, jujur saya belum bisa ngaji” atau “hah? 1 juz mah saya bacanya paling cepet 1 minggu”. 2 jawaban itu membuat saya merasa sedih dan bersyukur. Sedih karena ternyata di zaman yang sudah sangat modern ini masih ada orang yang belum bisa mengaji. Atau karena zaman sangat modern sehingga orang lupa cara mengaji. Dan saya tahu orangnya. Berdosakah saya yang diberi kemampuan untuk mengaji namun belum mampu mengajari. (
Dari jawaban itu juga saya bersyukur, bahwa saya diberi hidayah oleh Allah SWT untuk bisa membaca Kalam Nya.   Taoi kenapa saya belum bisa sering membacanya? Padahal orang lain yang belum bisa sebagian berusaha keras agar bisa. Apa karena saya sudah bisa membacanya, kemudian saya merasa tidak terlalu butuh mengulang bacaan saya. Toh, saya kan sudah bisa. Segudang pertanyaan muncul bersamaan.
Saya mendapati kenyataan yang berbeda dengan teori yang ada. Alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan untuk gabung beberapa Group ODOJ sebelum ini. Saya pernah bergabung dengan Group ODOJ yang semua anggotanya penghafal al Quran (wuidih keren kan?) Alhamdulillah, Group ini berjalan lancer. Namun hanya bebrapa bulan. Selanjutnya ? bubar dijalan. Hehe. Secara teori akal, karena mereka adalah para penghafal al Quran, mereka kan lebih muda untuk membaca 1 juz dalam 1 hari. Jangankan 1 juz, 30 juz saja banyak yang mampu. Namun, kenyaatan berbicara lain.
Akhirnya saya move on.(hehe bukan cumin patah hati doing yang bisa move on). Saya diajak teman untuk bergabung ke Group ODOJ nasional. Yang saya tahu, dari group saya tidak ada yang hafal al Quran. Kalo al fatihah dan surat-surat pendek mah, anak TK zaman sekarang juga apal. Hehe. Profesi mereka pun bukan rata-rata ustad. Umum. Sangat umum bahkan. Namun, saya seringkali tertegun melihat semangat mengaji mereka. Semangat laporan mereka. Semangat saling mengingatkan antar anggota. Salut.
Akhirnya saya berfikir. Jawabnya “Ternyata bukan yang paling bisa, tapi yang paling berusaha” bukan yang paling tajam, tapi yang paling bersungguh-sungguh. Kita  pasti mau kan untuk bisa istiqomah membaca al Quran setiap hari. Tapi kadang kadang kita tidak bisa. Sebenarnya bukan karena tidak bisa, tapi karena kita tridak mau.
“Loh? Saya mau tapi tidak bisa” mungkin ada yang protes seperti itu.
Hehe. Kalau anda belum bisa tandanya anda belum mau. Saya yakin aka nada yang tetap protes. (
Oke. Mari kita ukur kemauan kita dengan emas. Seperti halnya emas yangkadar karatnya berbeda-beda. Kemauan kita juga sama. Ada emas 24 karat, 22 karat, 20 karat, 18 karat atau bahkan ada emas muda. Kalau kadar kemauan kita 24 karat atau paling ngak 22 karat, insyaAllah kita bisa. Masalahnya seringkali kadar kemauan kita tidak sampai 22 karat bahkan 24 karat, jadi ada rintangan dikit kita udah nyerah aja.
Saya punya pengalaman dengan hal ini. Di suatu komplek di Jakarta ibu-ibu pengajian yang kekinian (baca : gaul) Karena mereka belum bisa 1 hari 1 juz dan karena begitu luar biasanya semangat mereka untuk bisa dan istiqomah, akhirnya dibuatlah ODOP (one Day One Page) satu hari satu halaman. Mereka masih terbata-bata, bahkan mengeja huruf demi hurufnya. Lambat laun makin lancer dan terbiasa.
Ada lagi. Dan ini yang juga menginspirasi saya. Seorang direktur sebuah perusahaan besar, dengan kesibukan yang luar biasa, bisa hatam membaca al Quran sampai 5 kali selama bulan ramadhan. Padahal beliau bukan seorang penghafal al Quran. Dan baru mengenal islam sebenarnya tidak lebih dari 10 tahun yang lalu.
Hhmmm. Kadang cinta binasa bukan karena jauh saja, tapi terlalu dekat juga bisa jadi penyebab hambarnya  cinta.
Kita mungkin telah begitu dekat dengan al Quran, tapi dekatilah terus karena cinta kita. Sesekali pergilah dan lihatlah mereka yang belum Allah berikan kesempatan yang sama dengan kita untuk membaca al Quran. Para tukang becak yang sangat lelah bekerja, penjual sayur yang pagi buta telah pergi belanja atau profesi lain yang sulit mencari waktu luang untuk mengaji.
Ingat, mengaji bukan saat waktu luang, tapi luangkanlah waktu untuk mengaji. Baca BBM, WA, Facebook an aja sempet. Ya kan?hehe.
Oh iya yang belum ada BBM saya bisa invite di 52A804EA
Semoga kita diberikan hidayah untuk terus istiqomah, setidaknya selama ramadhan ini. Aamiin.