Sunday, August 2, 2015

Dari kita dan untuk kita


Mengawali artikel ini,  izinkan  saya bercerita :
Suatu hari, disebuah Negara, seorang raja memanggil 3 orang pemuda, kemudian memberikan sebuah karung kepada masing-masing pemuda tersebut
“ Wahai pemuda, pergilah  keseluruh penjuru negri ini, penuhilah karung-karung itu dengan buah-buahan terbaik dan kembalilah 40 hari lagi” kata Sang Raja memberikan perintah.
Maka, pergilah 3 orang pemuda tersebut kearah yang berbeda
Pemuda pertama, sambil mencari buah dia berkata dalam hati “ Ini perintah raja, orang tertinggi di negri ini, maka saya hanya akan memasukkan buah-buahan terbaik kedalam karung saya” maka, dengan susah payah dia mencari buah-buahan terbaik diseluruh penjuru negri untuk dia masukkan kedalam karung. Tak jarang dia harus memasuki hutan belantara dengan hewan buas, atau menyebarangi kali dengan banyak batu cadas.
Pemuda kedua, sambil mencari buah dia berkata dalam hati” Raja  pasti tidak akan memeriksa isi karung saya seluruhnya, raja pasti hanya akan melihat bagian atasnya saja, dengan itu saya akan lebih mudah memenuhi karung saya” maka, dia pun memasukkan buah-buahan yang baik dibagian atas karung tersbut dan memasukkan buah-buahan yang tidak baik dibagian bawahnya.
Pemuda ketiga, sambil mencari buah dia berkata dalam hati “ Raja pasti tidak akan memeriksa isi karung saya, saya tidak akan susah-susah mencari buah-buahan terbaik,  saya akan masukkan apapun yang saya temui” maka, dia memsukkan kulit durian, kaca, sandal, batu, pasir dan apapun yang dia temui untuk memenuhi isi karung tersebut.
Setelah 40 hari merekapun kembali ke istana. Raja tidak melihat isi karung mereka sama sekali. Raja hanya berkata “ Saya telah menyiapkan 3 ruangan berbeda, masuklah kalian masing-masing ke ruangan tersebut dan makanlah apa yang telah kalian masukkan kedalam karung tersebut”
Pemuda pertama yang hanya memasukkan buah-buahan terbaik kedalam karungnya, dia bisa menikmati semuanya. Pemuda kedua hanya bisa makan buah-buahan terbaik saja sedangkan yang lainnya tidak. Bagaimana dengan pemuda ketiga? Dia tidak bisa makan apa-apa dari apa yang ada didalam karungnya.
Dari cerita tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil, diantaranya :
1.       Perjalanan kita didunia ini hanyalah untuk mengumpulkan bekal diakhirat kelak. Bekal apa yang kita bawa, itulah yang akan kita nikmati selama-lamnaya. Bukan amal yang menentukan kita masuk surga atau tidak, karena masuk surga atau tidak itu tergantung Ridho Allah SWT. Tapi, amal akan menentukan tempat kita setelah masuk surga. Kata orang jawa “ urip iku kur mampir ngombe” . Hidup kita sebatas mampir minum. Agar kita sampai ditujuan dengan baik, Allah telah memandu kita dengan Al –Quran dan As Sunnah. Sudahkah kita mengikutinya dengan baik?
Allah bahkan telah menunjukkan kepada kita mana yang baik dan tidak untuk kita kerjakan. Allah juga telah meunjukkan cara untuk mengisi karung-karung amal kita. Bukalah kembali al Quran kita, jangan hanya di bulan Ramadhan saja. Kemudian kita biarkan ia berdebu 11 bulan berikutnya. Disanalah kita tahu apa yang harus kita siapkan untuk menyambut hari yang kita tidak akan pernah kembali lagi kedunia ini.

2.       Untuk mengisi karung amal kita hanya yang terbaik dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Rasulullah yang sudah dijamin surganya saja masih beribadah sampai kakinya bengkak. Bagaimana dengan kita yang surganya belum pasti? Banyak hal didunia ini yang melenakan. Hawa nafsu kita adalah musuh utama yang harus kita waspadai. Perjuangan melawan hawa nafsu lebih berat daripada berhadapan dengan musuh nyata. Kadang saat kita sudah berkeingianan untuk umrah, wakaf atau beramal lainnya, hawa nafsu kita menahan kita untuk melalukannya. Begitulah kehidupan didunia ini, karena Dunia adalah penjara bagi orang mukmin. Cara yang efektif bila kita ingin senantiasa berbuat baik, atau paling tidak kita terhindar dari maksiat adalah dengan berteman dengan orang-orang shaleh.  Rasulullah SAW bersabda “ Perumpamaan teman yang shaleh dengan orang yang jelek adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan alat peniup api tukang besi. Seorang pembawa minyak wangi  : mungkin saja menghadiahkannya untukmu, atau engkau membelinya darinya, atau juga engkau mendapatkan wanginya yang harum darinya. Sedangkan orang yang membawa alat peniup api tukang besi : mungkin dia dapat membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang tidak sedap darinya.”(HR. Bukhari)


3.       Hidup kita tidak lama, maka lakukanlah hal-hal terbaik yang dapat memenuhi karung kita, bahkan setelah kita meningal dunia.  Allah tidak memerintahkan kita memenuhi karung amal kita sendirian. Allah membuka lebar peluang-peluang orang lain untuk ikut memenuhi karung amal kita. Allah meyediakan banyak jalan agar kita bisa terus mengisi amal kita meskipun kita telah meninggal dunia yaitu dengan Shodaqah jariyah atau wakaf. Selama apa yang kita wakafkan masih digunakan maka kita akan senantiasa mendapatkan aliran pahala  orang yang mengambil manfaat darinya. Inilah yang banyak dilakukan oleh para sahabat dan pendahulu kita. Banyak pesantren, masjid, sekolah yang berdiri diatas tanah wakaf. Mereka  mewakafkan harta terbaik mereka karena sadar bahwa harta yang akan mereka bawa mati bukanlah banyaknya tanah, rupiah  atau rumah. Tapi apa yang mereka sedekahkan dijalan Allah SWT.  Didalam al Quran Allah SWT berfirman : “ Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha Mengetahui”


Pada dasarnya, setiap yang kita lakukan akan kembali kepada kita sendiri. Baik atau buruknya kitalah yang akan merasakan. Didunia maupun diakhirat. Mungkin kita bertanya kenapa orang non-muslim justru banyak yang kaya? Saran saya jangan heran. Mereka dikasih Allah semua didunia tanpa menyisakan sedikitpun dikhirat. Padahal, kenikmatan dunia itu hanya 1%, yang 99% itulah yang akan Allah berikan kepada kaum mukmin di akhirat. Mari, menabung sebanyak-banyaknya untuk akhirat kita, karena kita akan menikmatinya dihari saat kesempatan menabung telah tutup. Wallahu a’lam. (buya)
berbagilah, karena itu membahagiakan